CIANJUR – Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Layanan Digital, Data dan Informasi Geospasial (Jabar Digital Service) terus mengembangkan potensi desa-desa di wilayah Jawa Barat melalui program unggulan Desa Digital. Salah satu bentuk implementasi nyata program ini terlihat pada kunjungan lapangan yang dilakukan di Desa Cipanas, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur pada Kamis, 27 Juni 2024, untuk melakukan Monitoring dan Evaluasi terkait perkembangan implementasi program desa digital pertanian di wilayah tersebut.
Kunjungan tersebut berfokus pada kelompok Taruna Tani Akur, yang dipimpin oleh Pak Sugeng dan memiliki 20 anggota muda, sebagian besar berusia di bawah 40 tahun. Kelompok ini menjadi salah satu penerima manfaat dari program desa digital tematik pertanian yang bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT). Dalam kegiatan ini, perwakilan dari perangkat Desa Cipanas turut mendampingi, memantau penggunaan teknologi dan alat yang telah diimplementasikan oleh kelompok tani.
Kelompok Taruna Tani Akur sebelumnya mengelola dua titik lahan hidroponik dan dua titik lahan konvensional. Sejak mendapat bantuan berupa aplikasi Habibi Garden dan alat smart farming berbasis Internet of Things (IoT), pengelolaan lahan mereka menjadi lebih efisien dan terstruktur. Aplikasi tersebut memungkinkan Pak Sugeng untuk mengontrol kondisi lahan, mulai dari pengukuran pH tanah hingga penyiraman, melalui telepon genggamnya. Teknologi ini sangat membantu, terutama pada saat-saat kritis seperti musim kekeringan, karena penyiraman dapat dilakukan secara lebih hemat waktu.
"Alat dan aplikasi ini sangat mudah digunakan dan benar-benar membantu kami, terutama saat musim kering. Kami bisa mengatur penyiraman secara otomatis tanpa perlu sering-sering ke kebun," ujar Pak Sugeng. Meski begitu, dia menambahkan bahwa terkadang ada petani yang tetap berada di kebun untuk memastikan alat berfungsi dengan baik secara manual.
Namun, teknologi ini tidak sepenuhnya lepas dari kendala. Cuaca ekstrem di Cipanas, seperti hujan deras disertai petir dan pemadaman listrik, sempat mengganggu fungsi alat, membuatnya offline. Beruntung, pihak Habibi Garden segera merespons laporan tersebut dengan mengganti alat yang rusak, memastikan teknologi tetap berjalan optimal. Dari segi perawatan, Pak Sugeng menjelaskan bahwa mesin smart farming ini cukup mudah dirawat. "Kami hanya perlu membersihkan saluran air secara berkala dan menyiapkan air sesuai kebutuhan alat. Pemeriksaan alat secara keseluruhan kami lakukan setiap tiga minggu sekali."
Salah satu dampak positif paling signifikan yang dirasakan kelompok Taruna Tani Akur adalah peningkatan hasil produksi tanaman kale. Sebelum menggunakan alat smart farming, produksi kale berkisar 50 kg per bulan, namun kini meningkat menjadi 100 hingga 120 kg per bulan. Dengan hasil yang berlipat, kelompok tani ini tidak hanya berhasil meningkatkan produktivitas, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi anggotanya.
Program Desa Digital yang digagas oleh Jabar Digital Service melalui pendekatan smart farming ini diharapkan dapat terus memberikan dampak positif di berbagai desa di Jawa Barat. Dengan memanfaatkan teknologi pertanian modern, para petani dapat lebih efisien dalam mengelola lahan, meningkatkan hasil produksi, serta memperbaiki kesejahteraan mereka. Kunjungan lapangan seperti ini menjadi bukti nyata bahwa teknologi dapat menjadi solusi bagi tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian di desa-desa Indonesia.
Penulis: Nici Azhari